Erik ten Hag resmi menjadi pelatih anyar Bayer Leverkusen, menggantikan Xabi Alonso yang hengkang usai musim gemilang 2024/2025. Penunjukan ini menjadi sinyal dimulainya era baru di BayArena. Ten Hag datang tidak hanya untuk mempertahankan prestasi, tapi juga membangun fondasi jangka panjang, termasuk dengan membongkar skuad warisan Alonso yang dianggap belum sepenuhnya sesuai dengan visinya.

Kedatangan Ten Hag: Awal Babak Baru Leverkusen
Proses Penunjukan yang Cepat dan Penuh Keyakinan
Setelah Xabi Alonso memutuskan untuk menerima tantangan baru di Liverpool, manajemen Leverkusen bergerak cepat mencari pengganti. Nama Erik ten Hag langsung muncul ke permukaan setelah pelatih asal Belanda itu dilepas oleh Manchester United. Terlepas dari hasil inkonsisten bersama Setan Merah, Ten Hag tetap dihormati sebagai juru taktik yang cerdas dan visioner.
Bayer Leverkusen secara resmi mengumumkan penunjukan Ten Hag pada awal Juni 2025. Kontrak berdurasi tiga tahun disepakati, dengan misi utama menjaga konsistensi klub sebagai penantang utama di Bundesliga sekaligus memperkuat posisi di Eropa.
Visi Ten Hag: Sepak Bola Progresif ala Ajax
Ten Hag membawa gaya permainan menyerang berbasis penguasaan bola, mirip dengan filosofi Ajax Amsterdam saat ia membawa klub tersebut ke semifinal Liga Champions 2019. Ia ingin menciptakan tim yang mendominasi pertandingan dari lini tengah, cepat dalam transisi, dan cerdas dalam membaca ruang.
Gaya ini jelas berbeda dengan pendekatan pragmatis namun efektif yang diterapkan Xabi Alonso, yang lebih fokus pada efisiensi dan fleksibilitas taktik.
Bongkar Skuad Warisan Xabi Alonso
Evaluasi Awal: Tidak Semua Pemain Sesuai Rencana
Sesaat setelah bergabung, Ten Hag langsung melakukan evaluasi mendalam terhadap skuad yang diwarisinya. Meski Leverkusen baru saja menjuarai Bundesliga untuk pertama kalinya dalam sejarah klub, Ten Hag merasa ada ketimpangan dalam struktur skuad.
Beberapa pemain dinilai tidak cocok dengan kebutuhan taktik barunya, terutama di sektor gelandang dan bek tengah. Ia mengisyaratkan bahwa akan ada banyak perubahan, termasuk pemain-pemain kunci yang mungkin harus pergi.
Nama-Nama Besar yang Terancam Tergusur
Di antara pemain yang kabarnya masuk daftar jual adalah Jonathan Tah dan Robert Andrich. Meski keduanya berperan penting dalam musim gemilang Leverkusen, gaya bermain mereka dianggap tidak cocok dengan sistem Ten Hag yang menekankan kecepatan pengambilan keputusan dan distribusi bola yang dinamis.
Bahkan nama-nama seperti Jeremie Frimpong dan Edmond Tapsoba, yang menjadi pilar era Alonso, kini tengah dikaitkan dengan klub-klub besar Eropa. Leverkusen siap melepas mereka jika tawaran sesuai datang, demi mendanai revolusi skuad yang diinginkan Ten Hag.
Target Transfer Erik ten Hag
Fokus pada Gelandang Kreatif dan Bek Ball-Playing
Ten Hag ingin mendatangkan pemain yang mampu menjalankan visi sepak bola berbasis teknik dan penguasaan ruang. Dua posisi utama yang menjadi prioritas adalah:
- Gelandang kreatif yang mampu mendikte tempo permainan, mirip peran Frenkie de Jong di Ajax.
- Bek tengah ball-playing, tipe pemain seperti Lisandro Martinez yang bisa membangun serangan dari belakang.

Daftar Incaran Mulai Terkuak
Beberapa nama telah dikaitkan dengan Leverkusen sejak kedatangan Ten Hag, antara lain:
- Ryan Gravenberch – Gelandang muda yang sempat diasuh Ten Hag di Ajax, kini sulit mendapatkan tempat di Liverpool.
- Jarrad Branthwaite – Bek tengah Everton yang tampil solid di Premier League, dianggap cocok dengan sistem Ten Hag.
- Kudus Mohammed – Penyerang serba bisa yang bisa dimainkan sebagai false nine atau winger, sesuai kebutuhan fleksibilitas taktik.
Selain itu, Ten Hag juga mengincar beberapa talenta muda dari Belanda dan Skandinavia yang dianggap cocok dikembangkan dalam ekosistem Leverkusen.
Reaksi Pemain dan Suporter
Pemain Terbelah: Antara Optimisme dan Kekhawatiran
Kehadiran Ten Hag disambut beragam oleh skuad Leverkusen. Beberapa pemain muda seperti Florian Wirtz menyatakan antusiasme bekerja di bawah pelatih yang dikenal mampu mengembangkan talenta muda. Namun, ada juga kekhawatiran di antara pemain senior yang posisinya terancam.
Beberapa pemain, seperti Piero Hincapié dan Exequiel Palacios, secara terbuka meminta waktu untuk beradaptasi dan berharap tetap menjadi bagian dari rencana jangka panjang Ten Hag.
Suporter Menanti Bukti
Para penggemar Leverkusen, meski sedih ditinggal Alonso, cukup antusias menyambut era baru. Mereka sadar bahwa mempertahankan dominasi di Bundesliga tidak mudah, dan perubahan perlu dilakukan untuk bersaing di Liga Champions.
Namun, sebagian ultras mengingatkan bahwa revolusi yang terlalu radikal bisa mengganggu stabilitas skuad. Mereka berharap Ten Hag mampu menyeimbangkan antara membangun ulang dan mempertahankan identitas kemenangan.
Tantangan yang Harus Dihadapi
Ekspektasi Tinggi Setelah Musim Sempurna
Musim 2024/2025 adalah musim yang hampir sempurna bagi Leverkusen: juara Bundesliga, final DFB-Pokal, dan semifinal Liga Champions. Standar ini menempatkan tekanan besar di pundak Ten Hag. Ia tidak hanya dituntut menjaga prestasi, tetapi juga membawa klub ke level lebih tinggi di Eropa.
Adaptasi Filosofi yang Tidak Instan
Sepak bola ala Ten Hag membutuhkan waktu untuk diterapkan. Transisi dari pendekatan Alonso ke gaya baru tidak akan terjadi dalam semalam. Hal ini bisa berdampak pada performa tim di awal musim.
Ten Hag juga harus menghadapi dinamika ruang ganti yang terbentuk dari musim sebelumnya. Membangun kepercayaan pemain terhadap sistem baru dan membangun kohesi tim jadi tugas berat.

Perbandingan Ten Hag dan Xabi Alonso
Gaya Bermain yang Kontras
Aspek | Xabi Alonso | Erik ten Hag |
---|---|---|
Filosofi Taktik | Fleksibel, reaktif, counter-press | Proaktif, dominasi bola, progresif |
Struktur Formasi | 3-4-2-1 / 4-3-3 | 4-2-3-1 / 4-3-3 |
Pengembangan Pemain | Fokus pada pengalaman & kestabilan | Fokus pada pemain muda & fleksibilitas |
Gaya Serangan | Cepat dan langsung | Konstruktif dan terstruktur |
Mentalitas Kepemimpinan
Alonso dikenal sebagai pelatih yang membangun hubungan kuat dengan pemainnya. Ia memiliki pendekatan personal dan cenderung diplomatis. Sebaliknya, Ten Hag dikenal lebih tegas dan struktural, dengan pendekatan ala manajer Belanda yang sangat detail.
Kedua pendekatan ini sah-sah saja, tetapi pergeseran gaya bisa menimbulkan resistensi di awal, terutama bagi pemain yang nyaman dengan pendekatan Alonso.
Ambisi Leverkusen di Era Baru
Target Realistis di Musim Pertama
Manajemen Leverkusen memahami bahwa masa transisi adalah hal lumrah. Oleh karena itu, target di musim pertama Ten Hag bersifat realistis:
- Tetap berada di 3 besar Bundesliga.
- Minimal mencapai perempat final Liga Champions.
- Menembus final DFB-Pokal.
Dengan target ini, manajemen memberi ruang bagi Ten Hag untuk bereksperimen dan membentuk tim sesuai keinginannya.
Proyek Jangka Panjang
Ten Hag tidak sekadar datang untuk mengejar gelar, tapi juga membentuk kultur sepak bola yang konsisten. Ia ingin menjadikan Leverkusen sebagai “Ajax-nya Jerman” — klub dengan filosofi jelas, akademi kuat, dan identitas taktik yang khas.
Pihak klub sudah memberikan jaminan bahwa akan ada investasi tambahan untuk infrastruktur, termasuk pengembangan akademi dan sistem rekrutmen pemain berbasis data dan AI scouting.
Kesimpulan: Revolusi Ten Hag, Risiko Besar dengan Potensi Besar
Penunjukan Erik ten Hag oleh Bayer Leverkusen bukan hanya pergantian pelatih biasa, melainkan simbol dimulainya revolusi besar. Ia datang membawa ide-ide segar, filosofi progresif, dan keberanian untuk membongkar warisan sukses Alonso demi menciptakan tim yang lebih berkelanjutan.
Meski berisiko dan bisa memicu gejolak jangka pendek, langkah ini bisa menjadi fondasi kesuksesan jangka panjang. Leverkusen kini berada di persimpangan jalan — antara melanjutkan momentum kejayaan atau membentuk masa depan baru yang lebih cemerlang.
Suporter, pemain, dan manajemen harus bersatu mendukung revolusi ini. Karena dalam dunia sepak bola, perubahan yang tepat — meskipun menyakitkan — bisa menjadi awal dari legenda baru.